Prof Agung

Prof Agung

Eksekusi Krispus dan Fausta

Pada suatu waktu antara tanggal 15 Mei dan 17 Juni 326, Konstantinus menangkap Krispus, putra sulungnya dari Minervina, dan membunuhnya dengan menggunakan "racun dingin" di Pola (Pula, Kroasia).[248] Pada bulan Juli, Konstantinus membunuh Maharani Fausta istrinya dengan menempatkannya dalam sebuah tempat mandi yang panasnya berlebihan.[249] Nama-nama mereka dihapus dari permukaan banyak inskripsi, referensi kehidupan mereka dalam catatan literer dihapuskan, dan kenangan atas keduanya disingkirkan. Eusebius, misalnya, mengedit pujian bagi Krispus dari salinan-salinan kemudian Historia Ecclesiastica karyanya, dan Vita Constantini karyanya sama sekali tidak menyebutkan Fausta ataupun Krispus.[250] Hanya sedikit sumber kuno yang membahas kemungkinan motif Konstantinus terkait peristiwa-peristiwa tersebut; semua sumber yang ada itu menyajikan alasan-alasan yang tidak meyakinkan dan secara umum tidak dapat diandalkan.[251] Pada saat eksekusi, secara umum diyakini bahwa Maharani Fausta terlibat dalam hubungan terlarang dengan Krispus atau menyebarkan rumor seperti itu. Berkembang suatu mitos populer, dimodifikasi sesuai legenda Hippolitus–Faedra, yang beranggapan bahwa Konstantinus membunuh Krispus dan Fausta karena perilaku amoral mereka.[252] Salah satu sumber, Kisah Sengsara Artemius yang utamanya dipandang sebagai karya fiksi, kemungkinan ditulis pada abad ke-8 oleh Yohanes dari Damaskus, terkait secara eksplisit dengan legenda itu.[253] Sebagai suatu interpretasi atas eksekusi-eksekusi tersebut: legenda itu dianggap hanya bertumpu pada "bukti yang paling tipis": sumber-sumber yang menyinggung hubungan antara Krispus dan Fausta baru ditulis di kemudian hari dan tidak dapat diandalkan, serta pengemukaan modern bahwa maklumat-maklumat "saleh" Konstantinus pada tahun 326 dapat terkait dengan penyimpangan Krispus tidak bersandar pada bukti apapun.[252]

Meskipun Konstantinus menjadikan ahli-ahli warisnya sebagai para "Caesar", mengikuti suatu pola yang dibangun oleh Diokletianus, ia menjadikan mereka suatu karakter turun-temurun, yang asing bagi sistem tetrarki: para Caesar Konstantinus dijaga dengan harapan untuk naik ke Kekaisaran, dan sepenuhnya sebagai subordinasi dari Augustus mereka, sepanjang ia masih hidup.[254] Oleh karenanya, salah satu penjelasan alternatif mengenai eksekusi Krispus adalah, mungkin, keinginan Konstantinus untuk mempertahankan para ahli warisnya yang prospektif, hal ini—dan keinginan Fausta agar yang menjadi pewaris adalah para putranya bukan saudara tiri mereka—dapat menjadi alasan untuk membunuh Krispus; sementara Fausta yang dieksekusi belakangan kemungkinan dimaksudkan sebagai suatu pengingat bagi anak-anaknya bahwa Konstantinus tidak akan ragu-ragu "membunuh keluarganya sendiri ketika ia merasa hal ini diperlukan".[255]

foursquare.com'u kullanabilmek için JavaScript'i etkinleştirmelisin

Mümkün olan en iyi internet deneyimini sunmak için en yeni ve en iyi teknolojileri kullanıyoruz.Lütfen tarayıcı ayarlarından JavaScript'i etkin hale getir.

Akıllı telefonuna Foursquare'i İndir ve dünyayı keşfetmeye başla!

[Kanal Media Unpad] Keluarga besar Universitas Padjadjaran kembali berduka. Salah seorang putra terbaiknya, Prof. Dr. Johan S. Masjhur,dr., SpPD-KEMD, SpKN., meninggal dunia pada usia 81 tahun di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Sabtu (13/5/2023) pukul 01.31.

Prof. Johan S. Masjhur merupakan Guru Besar Emeritus pada Fakultas Kedokteran Unpad. Lahir di Payakumbuh, 28 Februari 1942, almarhum menyelesaikan studi Sarjana Kedokteran di FK Unpad pada 1968. Kemudian dilanjutkan ke jenjang Program Spesialis Penyakit Dalam FK Unpad lulus pada 1976 serta Program Doktor Ilmu Kedokteran FK Unpad dan Kedokteran Nuklir di Asia School of Nuclear Medicine pada 1993.

Kedokteran nuklir merupakan bidang kepakaran dari almarhum Prof. Johan S. Masjhur. Pada pidato purnabaktinya yang disampaikan pada 26 April 2013, Prof. Johan menyampaikan bahwa kedokteran nuklir merupakan cabang ilmu kedokteran yang dihasilkan dari hasil pemikiran dan temuan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, fisika, kimia, farmasi, teknik rekayasa dan mikroelektronika serta ilmu kedokteran itu sendiri.

“Melalui kedokteran nuklir, dapat dievaluasi suatu penyakit pada tingkat molekul, memprediksi jalannya penyakit, membantu merancang pengobatan yang spesifik, memantau khasiatnya, serta melakukan penyesuaian apabila pengobatan tersebut tidak efektif,” ujarnya.

Almarhum Prof. Johan S. Masjhur pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Nuklir FK Unpad/RSHS 1980-2006, Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Nuklir FK Unpad/RSHS 1999-2007, Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Nuklir FK Unpad/RSHS 2000-2006, Ketua Lembaga Penelitian Unpad 1999-2007, serta Sekretaris Senat Unpad 2007-2011.

Di luar Unpad, Prof. Johan pernah menjabat sebagai Vice President Asia Oceania Thyroid Association (AOTA) pada 2010-2015.

Hingga akhir hayatnya, almarhum masih menguji tesis pada Program Spesialis Ilmu Kedokteran Nuklir FK Unpad serta masih melakukan riset di bidang kelenjar tiroid.

Almarhum Prof. Johan S. Masjhur mendapat penghormatan terakhir melalui upacara yang digelar di Masjid Al-Jihad Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Sabtu (13/5/2023) siang. Almarhum dilepas secara resmi oleh Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti.

“Universitas Padjadjaran menyampaikan duta cita mendalam. Beliau adalah sosok luar biasa dan berjasa bagi Unpad,” kata Rektor.

Usai mendapat penghormatan, almarhum langsung diberangkatkan ke TPU Cibarunai Kota Bandung.*

Pemberontakan Maxentius

Setelah pengakuan Galerius atas Konstantinus sebagai caesar, potret Konstantinus dibawa ke Roma, sesuai kebiasaan saat itu. Maxentius mencemooh subjek potret tersebut sebagai anak seorang pelacur, dan meratapi ketidakberdayaannya sendiri.[92] Maxentius, karena iri akan otoritas Konstantinus,[93] merebut gelar kaisar pada tanggal 28 Oktober 306 M. Galerius menolak mengakuinya, namun gagal menggesernya. Galerius mengirim Severus untuk melawan Maxentius, tetapi pasukan Severus, sebelumnya berada di bawah komando Maximianus (ayah Maxentius), membelot pada saat kampanye militer; Severus ditangkap dan dipenjarakan.[94] Maximianus keluar dari masa pensiunnya karena pemberontakan anaknya; ia berangkat menuju Galia untuk berunding dengan Konstantinus pada akhir tahun 307 M. Ia menawarkan Fausta putrinya kepada Konstantinus untuk dinikahi, dan mengangkatnya ke peringkat Augustan. Sebagai imbalannya, Konstantinus harus menegaskan kembali aliansi lama keluarga antara Maximianus dan Konstantius, dan mendukung perkara Maxentius di Italia. Konstantinus menyetujui, dan menikahi Fausta di Trier pada akhir musim panas tahun 307 M. Konstantinus sekarang memberikan sedikit dukungannya kepada Maxentius, memberikan Maxentius pengakuan politik.[95]

Namun, Konstantinus tetap menjauhkan diri dari konflik Italia. Selama musim semi dan musim panas tahun 307 M, ia meninggalkan Galia menuju Britania untuk menghindari keterlibatan apapun dalam gejolak Italia;[96] alih-alih memberikan bantuan militer kepada Maxentius, ia mengirim pasukannya untuk melawan suku Jermanik di sepanjang Sungai Rhein. Pada tahun 308 M, ia menyerang wilayah suku Brukteri, dan membuat sebuah jembatan yang melintasi Rhein di Colonia Agrippinensium (Köln). Pada tahun 310 M, ia bergerak menuju Rhein utara dan bertempur melawan suku Franka. Ketika tidak sedang melakukan kampanye, ia mengunjungi wilayahnya sambil mempromosikan kebaikan hatinya, serta mendukung perekonomian dan kesenian. Penolakan Konstantinus untuk berpartisipasi dalam perang meningkatkan popularitasnya di kalangan rakyatnya, dan memperkuat basis kekuasaannya di Barat.[97] Maximianus kembali ke Roma pada musim dingin tahun 307–308 M, namun segera terlibat dalam perdebatan dengan putranya. Pada awal tahun 308 M, setelah kegagalan upaya untuk merebut gelar Maxentius, Maximianus kembali ke istana Konstantinus.[98]

Pada tanggal 11 November 308 M, Galerius menghimpun suatu konsili umum di kota militer Carnuntum (Petronell-Carnuntum, Austria) untuk menyelesaikan isu ketidakstabilan di provinsi-provinsi Barat. Di antara yang hadir terdapat Diokletianus, kembali sejenak dari masa pensiunnya, Galerius, dan Maximianus. Maximianus dipaksa untuk turun takhta lagi dan Konstantinus kembali diturunkan ke peringkat Caesar. Lisinius, salah seorang kolega lama Galerius dalam militer, ditunjuk sebagai Augustus di wilayah Barat. Sistem baru tersebut tidak berlangsung lama: Konstantinus menolak demosinya, dan tetap menyebut dirinya Augustus pada uang logam yang dicetaknya, kendati anggota Tetrarki yang lain menyebutnya Caesar pada uang logam cetakan mereka. Maximinus Daia frustasi karena ia telah dilewati dalam promosi tersebut sementara Lisinius sebagai pendatang baru telah diangkat ke jabatan Augustus, dan menuntut agar Galerius mempromosikan dirinya. Galerius mengajukan penawaran untuk memanggil Maximinus maupun Konstantinus dengan sebutan "putra-putra Augusti",[99] namun tidak satupun di antara mereka menerima gelar baru itu. Pada musim semi tahun 310 M, Galerius menyebut keduanya Augusti.[100]

Pendirian Konstantinopel

Kekalahan Lisinius dianggap merepresentasikan kekalahan dari suatu pusat tandingan kegiatan politik berbahasa Yunani dan Pagan di Timur, bertentangan dengan Roma yang berbahasa Latin dan Kristiani, serta dikemukakan bahwa sebuah ibu kota Timur yang baru seharusnya merepresentasikan integrasi Timur ke dalam Kekaisaran Romawi secara keseluruhan, sebagai suatu pusat pembelajaran, kemakmuran, dan pelestarian budaya bagi keseluruhan Kekaisaran Romawi Timur.[206] Di antara beragam lokasi yang dikemukakan sebagai ibu kota alternatif tersebut, sepertinya Konstantinus telah memikirkan mengenai Serdica (sekarang Sofia), sebab ia dilaporkan mengatakan bahwa "Serdica adalah Romaku".[207] Sirmium dan Tesalonika juga dipertimbangkan.[208] Namun, pada akhirnya Konstantinus memutuskan kota Yunani Bizantium, yang pada abad sebelumnya telah dibangun kembali secara ekstensif sesuai pola urbanisme Romawi oleh Septimius Severus dan Caracalla, yang telah mengetahui arti penting strategisnya.[209] Kota tersebut kemudian didirikan pada tahun 324,[210] didedikasikan pada tanggal 11 Mei 330[210] dan namanya diganti menjadi Konstantinopolis ("Kota Konstantinus" atau Konstantinopel). Koin-koin peringatan khusus dikeluarkan pada tahun 330 untuk menghormati peristiwa tersebut. Kota baru itu ditempatkan dalam perlindungan relikui Salib Sejati, Tiang Musa, dan relikui suci lainnya, meskipun terdapat sebuah kameo di Museum Ermitáž yang juga merepresentasikan Konstantinus dimahkotai oleh tikhe kota baru itu.[211] Figur-figur dewa-dewi lama diganti atau diasimilasikan ke dalam suatu bingkai simbolisme Kristiani. Konstantinus membangun Gereja Rasul Suci di lokasi bekas kuil Afrodit. Di kemudian hari terdapat kisah bahwa suatu penglihatan ilahi membawa Konstantinus ke tempat ini, dan seorang malaikat yang tidak dapat dilihat orang lain, membawanya menyusuri jalan yang melingkari tembok baru tersebut. Ibu kota ini sering dibandingkan dengan Roma 'lama' sebagai Nova Roma Constantinopolitana, "Roma Baru Konstantinopel".[205][212]

Konstantinus adalah kaisar pertama yang menghentikan penganiayaan terhadap umat Kristiani, serta melegalkan Kekristenan bersama dengan semua kultus dan agama lainnya di Kekaisaran Romawi.

Pada bulan Februari 313, Konstantinus bertemu dengan Lisinius di Milan, tempat mereka menyusun Maklumat Milan. Maklumat tersebut menyatakan bahwa umat Kristiani harus diizinkan untuk menjalankan praktik keimanan mereka tanpa penindasan.[213] Hukuman karena mengimani Kekristenan, yang telah membuat banyak dari mereka wafat sebagai martir, dihapuskan, dan properti Gereja yang sebelumnya disita dikembalikan. Maklumat tersebut tidak hanya melindungi umat Kristiani dari penganiayaan keagamaan, tetapi juga penganut agama yang lain, sehingga mengizinkan semua orang untuk beribadah kepada Tuhan ataupun ilah pilihan mereka. Maklumat serupa sebelumnya dikeluarkan pada tahun 311 oleh Galerius, kaisar senior dalam Tetrarki; maklumat Galerius memberikan hak kepada umat Kristiani untuk mempraktikkan agama mereka, tetapi tidak mengembalikan properti mereka.[214] Maklumat Milan memuat beberapa klausul yang menyatakan bahwa semua bangunan gereja yang disita akan dikembalikan bersama dengan properti lain milik umat Kristiani yang sebelumnya mengalami penindasan.

Para akademisi berdebat seputar apakah Konstantinus mengadopsi Kekristenan sejak kecil dari St. Helena ibunya, atau apakah ia mengadopsinya secara bertahap seiring perjalanan hidupnya.[215] Konstantinus mungkin mempertahankan gelar pontifex maximus, suatu gelar yang diberikan kepada kaisar sebagai kepala imam agama Romawi kuno hingga Gratianus (memerintah tahun 375–383) memutuskan untuk meninggalkan gelar tersebut.[216][217] Menurut para penulis Kristiani, Konstantinus telah berusia lebih dari 40 tahun ketika ia menyatakan diri bahwa ia adalah seorang Kristiani, menulis kepada umat Kristiani untuk menjelaskan bahwa ia percaya kalau kesuksesannya semata-mata karena perlindungan Allah Kristiani.[218] Sepanjang pemerintahannya, Konstantinus mendukung Gereja secara finansial, membangun basilika-basilika, memberikan hak-hak istimewa kepada kaum klerus (misalnya pembebasan dari pajak tertentu), mempromosikan umat Kristiani ke jabatan tinggi, dan mengembalikan properti yang disita selama masa penganiayaan Diokletianus.[219] Proyek bangunan paling terkenal yang ia prakarsai misalnya Gereja Makam Kudus dan Basilika Santo Petrus Lama.

Tampaknya Konstantinus tidak hanya mendukung Kekristenan saja. Setelah meraih kemenangan dalam Pertempuran Jembatan Milvius (312), suatu pelengkung kemenangan—Pelengkung Konstantinus—dibangun (315) untuk merayakan kemenangannya. Pelengkung tersebut dihiasi dengan citra dewi Viktoria. Pada saat dedikasinya, dilakukan pengurbanan-pengurbanan kepada dewa-dewi seperti Apollo, Diana, dan Herkules. Tidak ada penggambaran simbolisme Kristiani pada Pelengkung tersebut. Bagaimanapun, karena pembangunannya ditugaskan oleh Senat, ketiadaan simbol-simbol Kristiani kemungkinan mencerminkan peranan Senat pada saat itu sebagai salah satu kubu pagan.[220]

Pada tahun 321, ia mengesahkan bahwa hari matahari yang terhormat harus menjadi suatu hari istirahat bagi seluruh warga kekaisaran.[221] Pada tahun 323, ia mengeluarkan suatu dekret yang membebaskan keharusan bagi umat Kristiani untuk berpartisipasi dalam acara pengurbanan imperial.[222] Selanjutnya, koin Konstantinus tetap memuat simbol-simbol matahari. Setelah dewa pagan dihilangkan dari koinnya, simbol-simbol Kristiani tampil sebagai atribut Konstantinus: khi rho di antara kedua tangannya atau di labarumnya,[223] serta di koin itu sendiri.[224]

Pemerintahan Konstantinus membentuk suatu preseden terhadap posisi kaisar yang memiliki pengaruh besar dan otoritas sipil tertinggi di dalam diskusi keagamaan yang melibatkan beberapa konsili Kristiani pada saat itu, terutama perselisihan seputar Arianisme. Konstantinus sendiri tidak menyukai risiko yang berdampak pada stabilitas sosial yang disebabkan oleh perselisihan keagamaan, dan lebih berharap untuk membangun suatu ortodoksi sejauh memungkinkan.[225] Pengaruhnya atas konsili-konsili Gereja perdana adalah menegakkan doktrin, menyingkirkan bidah, dan mendukung persatuan gerejawi; mengenai ibadah, doktrin, maupun dogma yang tercakup merupakan wewenang Gereja untuk menetapkannya, di tangan para uskup yang berpartisipasi di dalam konsili.[226]

Peristiwa paling terkemuka, dari tahun 313 sampai 316, para uskup di Afrika Utara bergulat dengan uskup-uskup Kristiani lainnya yang telah ditahbiskan oleh Donatus untuk menentang Sesilianus. Para uskup Afrika tidak dapat meraih kesepakatan dan kaum Donatis meminta Konstantinus untuk bertindak sebagai hakim dalam perselisihan tersebut. Tiga konsili regional Gereja dan suatu percobaan lain telah dilakukan sebelum Konstantinus memutuskan untuk melawan Donatus dan gerakan Donatisme di Afrika Utara. Pada tahun 317, Konstantinus mengeluarkan suatu maklumat untuk menyita properti gereja milik kaum Donatis dan mengirim klerus Donatis ke pengasingan.[227] Peristiwa yang lebih penting, pada tahun 325, ia menghimpun para uskup dalam Konsili Nicea, yang secara efektif merupakan Konsili Ekumenis pertama (kecuali Konsili Yerusalem juga diklasifikasikan demikian). Konsili tersebut umumnya dikenal karena menyelesaikan permasalahan dengan Arianisme dan melembagakan Pengakuan Iman Nicea.

Konstantinus memberlakukan ketetapan dalam Konsili Nicea I yang melarang perayaan Perjamuan Tuhan pada hari sebelum Paskah Yahudi (14 Nisan) (lih. Kuartodesimanisme dan kontroversi Paskah). Hal ini menandai secara definitif pemisahan Kekristenan dari tradisi Yahudi. Sejak saat itu Kalender Julian Romawi, suatu kalender matahari, diprioritaskan di atas Kalender Ibrani suryacandra di antara gereja-gereja Kristiani di Kekaisaran Romawi.[228]

Konstantinus membuat beberapa undang-undang baru terkait kaum Yahudi, tetapi meskipun beberapa maklumat yang dikeluarkannya tidak menguntungkan mereka, undang-undang itu lebih lunak daripada para pendahulunya.[229] Adalah pelanggaran hukum jika kaum Yahudi mencari penganut ataupun menyerang orang Yahudi lain yang telah menganut Kekristenan.[229] Mereka dilarang memiliki budak dari kaum Kristiani ataupun mengkhitan budak mereka.[230][231] Di sisi lain, klerus Yahudi mendapatkan pengecualian-pengecualian yang sama seperti klerus Kristiani.[229][232]

Perang melawan Maxentius

Pada pertengahan tahun 310 M, penyakit yang diderita Galerius membuatnya tidak dapat lagi melibatkan diri dalam politik imperial.[115] Catatan mengenai tindakan terakhirnya masih terlestarikan: sebuah surat kepada para pimpinan provinsi yang diberikan di Nikomedia pada tanggal 30 April 311 M, menyatakan akhir dari masa penganiayaan, dan dimulainya kembali toleransi keagamaan.[116] Ia wafat tidak lama setelah proklamasi maklumat tersebut,[117] menyingkirkan sedikit isu yang masih tersisa dalam Tetrarki.[118] Maximinus melakukan mobilisasi untuk melawan Lisinius, dan merebut Asia Kecil. Suatu perdamaian yang tergesa-gesa ditandatangani di atas sebuah perahu di tengah Selat Bosporus.[119] Sementara Konstantinus berkeliling mengunjungi Britania dan Galia, Maxentius bersiap untuk perang.[120] Ia membentengi Italia utara, dan memperkuat dukungannya dalam komunitas Kristiani dengan mengizinkan mereka memilih Uskup Roma yang baru, Paus Eusebius.[121]

Kekuasaan Maxentius bagaimanapun tetap tidak aman. Dukungan awalnya menghilang di tengah tarif pajak yang tinggi dan kelesuan perdagangan; terjadi kerusuhan di Roma dan Kartago;[122] dan Domitius Aleksander berhasil merebut kekuasaannya untuk sementara waktu di Afrika.[123] Pada tahun 312 M, ia adalah orang yang nyaris tidak toleran, bukan orang yang didukung secara aktif,[124] bahkan di antara warga Italia penganut Kekristenan.[125] Pada musim panas tahun 311 M, Maxentius melakukan mobilisasi untuk melawan Konstantinus ketika Lisinius terlibat dalam urusan-urusan penting di Timur. Ia menyatakan perang terhadap Konstantinus, bersumpah untuk membalas "pembunuhan" ayahnya.[126] Demi mencegah Maxentius menjalin aliansi dengan Lisinius untuk melawannya,[127] Konstantinus membentuk sendiri aliansinya dengan Lisinius saat musim dingin tahun 311–312 M, dan menawarkan Konstantia saudarinya untuk dinikahi. Maximinus menganggap kesepakatan Konstantinus dengan Lisinius sebagai suatu penghinaan terhadap otoritasnya. Sebagai tanggapan, ia mengirim utusan ke Roma, menawarkan pengakuan politik kepada Maxentius dengan imbalan dukungan militer. Maxentius menerimanya.[128] Menurut Eusebius, perjalanan antar daerah menjadi tidak memungkinkan, dan terjadi penumpukan militer di mana-mana. Tidak ada "tempat di mana orang tidak mengharapkan terjadinya permusuhan setiap hari".[129]

Para jenderal dan penasihat Konstantinus memperingatkan untuk tidak melangsungkan serangan pendahuluan terhadap Maxentius;[130] bahkan para peramalnya menyarankan hal serupa, dengan menyatakan bahwa pengurbanan-pengurbanan telah menghasilkan pertanda kurang baik.[131] Konstantinus, dengan semangat yang meninggalkan suatu kesan mendalam pada para pengikutnya, menginspirasi beberapa dari mereka untuk percaya bahwa ia mendapat sejumlah petunjuk supranatural,[132] untuk mengabaikan semua peringatan ini.[133] Pada awal musim semi tahun 312 M,[134] Konstantinus menyeberangi Pegunungan Alpen Kottian dengan seperempat pasukannya yang berjumlah sekitar 40.000.[135] Kota pertama yang ditemui pasukannya adalah Segusium (Susa, Italia), suatu kota dengan pertahanan kuat yang menutup pintu gerbangnya bagi dia. Konstantinus memerintahkan tentaranya untuk membakar pintu gerbang itu dan memanjat temboknya. Ia merebut kota tersebut dalam waktu singkat. Konstantinus memerintahkan pasukannya untuk tidak menjarah kota, dan melanjutkan perjalanan bersama mereka menuju Italia utara.[134]

Mendekati sisi barat kota penting Augusta Taurinorum (Torino, Italia), Konstantinus bertemu dengan sepasukan besar kavaleri Maxentianus yang bersenjata lengkap.[136] Dalam pertempuran yang terjadi kemudian, pasukan Konstantinus mengepung kavaleri Maxentius, mengelilingi mereka dengan kavalerinya sendiri, dan membubarkan mereka dengan pukulan dari tongkat-tongkat pemukul berujung besi. Pasukan Konstantinus meraih kemenangan.[137] Torino menolak untuk memberikan perlindungan kepada pasukan Maxentius yang dipukul mundur, namun membuka pintunya bagi Konstantinus.[138] Kota-kota lain di daratan Italia utara mengirim utusan mereka kepada Konstantinus untuk mengucapkan selamat atas kemenangannya. Ia bergerak menuju Milan, disambut dengan pintu gerbang yang terbuka dan sukacita kegembiraan. Konstantinus mengistirahatkan pasukannya di Milan sampai pertengahan musim panas tahun 312 M, ketika ia melanjutkan perjalanannya ke Brixia (Brescia).[139]

Pasukan Brescia dengan mudah dibubarkan,[140] dan Konstantinus segera bergerak menuju Verona, tempat perkemahan sejumlah besar pasukan Maxentius.[141] Ruricius Pompeianus, jenderal pasukan Verona dan prefek praetoria Maxentius,[142] berada dalam suatu posisi defensif yang kuat, karena tiga sisi kota tersebut dikelilingi oleh Sungai Adige. Konstantinus mengirim sepasukan kecil ke utara kota tersebut dalam upaya untuk menyeberangi sungai itu secara diam-diam. Ruricius mengirim satu detasemen besar untuk menangkal upaya pasukan ekspedisi Konstantinus, namun mengalami kekalahan. Pasukan Konstantinus berhasil mengelilingi kota tersebut dan melakukan pengepungan.[143] Ruricius melarikan diri dan kembali dengan kekuatan yang lebih besar untuk melawan Konstantinus. Konstantinus tidak mau menghentikan pengepungan, dan hanya mengirim sepasukan kecil untuk melawannya. Dalam keputusasaan pertempuran yang terjadi, Ruricius gugur dan pasukannya dihancurkan.[144] Verona segera menyerah setelah itu, disusul oleh Aquileia,[145] Mutina (Modena),[146] dan Ravenna.[147] Jalan menuju Roma kini terbuka lebar bagi Konstantinus.[148]

Maxentius mempersiapkan diri untuk perang serupa yang pernah ia langsungkan terhadap Severus dan Galerius: ia tetap di Roma dan bersiap untuk menghadapi pengepungan.[149] Ia masih memegang kendali atas para garda praetoria, dilengkapi dengan persediaan biji-bijian Afrika yang memadai, dan semua sisi kota dikelilingi oleh Tembok Aurelianus yang tampaknya tidak dapat ditembus. Ia memerintahkan agar semua jembatan di Sungai Tiber dihancurkan, yang kabarnya mengikuti nasihat para dewa,[150] dan membiarkan wilayah Italia tengah yang lain tanpa pertahanan; Konstantinus memperoleh dukungan dari wilayah itu tanpa perlawanan.[151] Konstantinus maju perlahan-lahan[152] melintasi Via Flaminia,[153] membiarkan kelemahan Maxentius menarik pemerintahannya lebih jauh ke dalam kekacauan.[152] Dukungan terhadap Maxentius terus melemah: saat acara balap kereta perang tanggal 27 Oktober, massa mengejek Maxentius secara terbuka, meneriakkan bahwa Konstantinus tak terkalahkan.[154] Maxentius, yang tidak lagi yakin kalau ia akan menang dalam pengepungan, membangun sebuah jembatan temporer di Sungai Tiber sebagai persiapan untuk suatu pertempuran lapangan dengan Konstantinus.[155] Pada tanggal 28 Oktober 312 M, peringatan pemerintahannya yang keenam, ia mendatangi para penjaga Kitab-Kitab Sibilin untuk memohon petunjuk. Para penjaga itu meramalkan bahwa, pada hari itu juga, "musuh orang Romawi" akan mati. Maxentius bergerak maju menuju utara untuk menemui Konstantinus dalam pertempuran.[156]

Maxentius mengorganisir pasukannya—dua kali lebih banyak dari pasukan Konstantinus—dalam barisan memanjang berhadapan dengan dataran medan pertempuran, dalam posisi membelakangi sungai.[157] Pasukan Konstantinus tiba di medan pertempuran sambil membawa perisai-perisai dengan simbol-simbol yang tidak lazim bagi mereka ataupun kebiasaan saat itu.[158] Menurut Laktansius, Konstantinus mendapat suatu mimpi pada malam sebelum pertempuran yang mengandung pesan agar dia "memberi tanda surgawi Allah pada perisai-perisai para prajuritnya ... dengan sebuah huruf miring X yang bagian atas kepalanya dilengkungkan ke bawah, ia menandai Kristus pada perisai mereka."[159] Eusebius mendeskripsikan versi yang lain: ketika sedang melakukan mars saat tengah hari, "ia melihat dengan matanya sendiri di langit terdapat sebuah piala salib yang timbul dari cahaya matahari, mengusung pesan, In Hoc Signo Vinces (dengan tanda ini engkau akan menang)";[160] dalam laporan Eusebius, Konstantinus mendapat suatu mimpi pada malam berikutnya yang mengisahkan bahwa Kristus menampakkan diri dengan tanda surgawi yang sama, dan mengatakan kepadanya agar membuat suatu standar, labarum, bagi pasukannya dalam bentuk itu.[161] Eusebius tidak yakin mengenai kapan dan di mana peristiwa-peristiwa tersebut terjadi,[162] tetapi ia memasukkan ceritanya sebelum perang melawan Maxentius dimulai.[163] Eusebius mendeskripsikan tanda itu sebagai Khi (X) yang dilintasi oleh Rho (Ρ): ☧, sebuah simbol yang merepresentasikan dua huruf pertama pengejaan Yunani dari kata Christos (Kristus).[164][165] Pada tahun 315 M, di Ticinum dikeluarkan sebuah medali yang memperlihatkan Konstantinus sedang mengenakan helm yang bertuliskan Khi Rho,[166] dan koin-koin yang dikeluarkan di Siscia pada tahun 317/318 M kembali memuat citra tersebut.[167] Bagaimanapun, figur tersebut jarang ditemukan dan tidak lazim dalam propaganda maupun ikonografi imperial sebelum tahun 320-an.[168]

Konstantinus mengerahkan kekuatannya sendiri di sepanjang barisan Maxentius. Ia memerintahkan kavalerinya untuk melakukan serangan, dan mereka mengalahkan kavaleri Maxentius. Ia kemudian mengirim kavalerinya untuk menghadapi infanteri Maxentius dan mendesak mereka ke Sungai Tiber, tempat banyak dari antara mereka dibunuh atau tenggelam.[157] Pertempuran tersebut berlangsung singkat,[169] pasukan Maxentius dikalahkan sebelum serangan pertamanya.[170] Garda berkuda dan praetoria Maxentius awalnya dapat mempertahankan posisi mereka, namun pertahanan mereka terpecah oleh kekuatan serangan kavaleri Konstantinus; barisan mereka juga terpecah dan mereka melarikan diri ke sungai. Maxentius melarikan diri dengan kudanya bersama mereka, dan berusaha untuk menyeberangi jembatan, tetapi ia didorong ke dalam Sungai Tiber oleh massa tentaranya yang melarikan diri, dan ia tenggelam.[171]

Konstantinus masuk ke Roma pada tanggal 29 Oktober 312.[174] Ia menyelenggarakan suatu upacara adventus yang megah di kota itu, dan disambut orang banyak dengan sorak-sorai.[175] Jenazah Maxentius dikeluarkan dari Sungai Tiber dan kepalanya dipancung. Kepalanya diarak di jalanan agar dapat dilihat semua orang.[176] Setelah upacara-upacara tersebut, kepala Maxentius dikirim ke Kartago; sejak saat itu, Kartago tidak lagi mengadakan perlawanan.[177] Tidak seperti para pendahulunya, Konstantinus melalaikan kebiasaan mengunjungi Bukit Capitolinus maupun melakukan pengurbanan sesuai adat di Kuil Yupiter.[178] Namun, ia memilih untuk menghormati Kuria Senatorial dengan suatu kunjungan.[179] Di tempat itu ia berjanji untuk mengembalikan hak-hak istimewa senat yang adalah warisan turun-temurun dan memberinya peran yang aman dalam pemerintahan reformasi Konstantinus: tidak akan ada balas dendam terhadap para pendukung Maxentius.[180] Sebagai tanggapan, Senat menetapkannya "predikat nama pertama", yang berarti bahwa namanya akan tercantum pada urutan pertama dalam semua dokumen resmi,[181] dan mengakuinya sebagai "Augustus terbesar".[182] Ia mengeluarkan dekret-dekret mengenai pengembalian properti yang hilang selama pemerintahan Maxentius, memulangkan kembali orang-orang buangan politik, dan membebaskan para penentang Maxentius yang dipenjarakan.[183]

Setelah itu dilakukan suatu kampanye propaganda yang ekstensif, yang seiring dengannya citra Maxentius secara sistematis disingkirkan dari semua tempat umum. Maxentius ditulis sebagai seorang "tiran", dan dibuat berlawanan dengan citra ideal sang "pembebas", Konstantinus. Eusebius, dalam karya-karyanya belakangan, merupakan representasi terbaik elemen propaganda Konstantinus tersebut.[184] Berbagai reskrip Maxentius dinyatakan tidak valid, dan gelar-gelar kehormatan yang telah diberikan oleh Maxentius kepada para pimpinan Senat dibatalkan.[185] Konstantinus juga berupaya untuk menghilangkan pengaruh Maxentius pada lanskap kota. Semua struktur yang dibangun oleh Maxentius didedikasikan ulang bagi Konstantinus, termasuk Kuil Romulus dan Basilika Maxentius.[186] Pada titik sentral basilika itu, didirikan sebuah patung batu Konstantinus yang sedang memegang labarum Kristiani di tangannya. Inskripsinya memuat pesan yang terkandung secara jelas pada patung itu: Dengan tanda ini Konstantinus telah membebaskan Roma dari kuk sang tiran.[187]

Dalam hal Konstantinus tidak mengklaim pencapaian-pencapaian Maxentius, ia mengunggulinya: Circus Maximus dipugar sehingga kapasitas tempat duduknya dua puluh lima kali lebih besar dibandingkan dengan kompleks balap Maxentius di Via Appia.[188] Para pendukung terkuat Maxentius dalam militer dihilangkan pengaruhnya ketika Garda Praetoria dan Garda Berkuda Imperial (equites singulares) dibubarkan.[189] Batu nisan dari makam-makam Garda Berkuda Imperial dihancurkan dan dimanfaatkan untuk digunakan dalam sebuah basilika di Via Labicana.[190] Pada tanggal 9 November 312 M, hampir dua minggu setelah Konstantinus merebut kota Roma, bekas pangkalan Garda Berkuda Imperial ditetapkan untuk dibangun kembali menjadi Basilika Lateran.[191] Legio II Parthica dikeluarkan dari Albanum (Albano Laziale),[185] dan sisa tentara Maxentius diberikan tugas di daerah perbatasan di Sungai Rhein.[192]

Perang melawan Lisinius

Pada tahun-tahun berikutnya, Konstantinus secara bertahap mengkonsolidasikan superioritas militernya atas para pesaingnya di dalam Tetrarki yang telah runtuh itu. Pada tahun 313, ia bertemu dengan Lisinius di Milan untuk mengamankan aliansi mereka melalui pernikahan Lisinius dan saudari seayah Konstantinus, Konstantia. Selama pertemuan tersebut, para kaisar bersepakat untuk mengeluarkan apa yang disebut Maklumat Milan,[193] yang secara resmi memberikan toleransi penuh kepada Kekristenan dan semua agama di dalam Kekaisaran.[194] Dokumen tersebut mengandung manfaat khusus bagi umat Kristiani, melegalkan agama mereka dan mengembalikan semua properti mereka yang disita selama masa penganiayaan Diokletianus. Dokumen tersebut tidak lagi mengakui metode-metode pemaksaan agama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya dan hanya menggunakan istilah-istilah umum untuk menyebut hal ilahi—"Keilahian" dan "Keilahian Tertinggi", summa divinitas.[195] Namun konferensi itu dipersingkat karena Lisinius mendapat berita bahwa Maximinus pesaingnya telah menyeberangi Selat Bosporus dan menginvasi wilayah Eropa. Lisinius berangkat untuk menghadapi Maximinus dan akhirnya mengalahkan dia, meraih kontrol atas seluruh bagian timur Kekaisaran Romawi. Hubungan antara kedua kaisar yang tersisa mengalami kemerosotan, karena Konstantinus mengalami suatu percobaan pembunuhan oleh seseorang yang hendak diangkat oleh Lisinus menjadi Caesar;[196] Lisinius, karena keterlibatannya, telah menghancurkan patung-patung Konstantinus di Emona.[197] Pada tahun 314 atau 316, kedua Augusti itu saling memerangi satu sama lain dalam Pertempuran Cibalae, yang berakhir dengan kemenangan Konstaninus. Bentrokan antara mereka kembali terjadi dalam Pertempuran Mardia tahun 317, dan berakhir dengan satu kesepakatan bahwa putra-putra Konstantinus (Krispus dan Konstantinus II) dan putra Lisinius (Lisinianus) dijadikan para caesars.[198] Setelah pengaturan ini, Konstantinus memerintah keuskupan-keuskupan sipil Panonia dan Makedonia serta bertempat tinggal di Sirmium. Dari sana ia memerangi kaum Goth dan Sarmatia pada tahun 322, serta kembali memerangi kaum Goth pada tahun 323.[196]

Pada tahun 320, Lisinius diduga mengingkari kebebasan beragama sebagaimana dijanjikan dalam Maklumat Milan tahun 313 dan memulai lagi penindasan terhadap umat Kristiani,[199] umumnya tanpa pertumpahan darah, tetapi ia melakukan penyitaan dan pemberhentian para pemegang jabatan Kristiani.[200] Meskipun karakterisasi Lisinius sebagai anti-Kristiani sedikit meragukan, kenyataannya adalah ia tampak jauh lebih tertutup dalam mendukung Kekristenan daripada Konstantinus. Oleh karena itu, Lisinius cenderung memandang Gereja sebagai suatu kekuatan yang lebih loyal kepada Konstantinus daripada kepada sistem Imperial pada umumnya[201] – menurut penjelasan sejarawan Gereja yang bernama Sozomen.[202]

Pengaturan yang meragukan tersebut akhirnya menjadi suatu tantangan bagi Konstantinus di Barat, berpuncak dalam perang saudara besar pada tahun 324. Lisinius, dibantu oleh tentara bayaran Goth, merepresentasikan kepercayaan Pagan kuno dari masa lampau. Konstantinus dan kaum Franka yang berada di pihaknya melakukan mars dengan mengusung panji labarum. Kedua belah pihak memandang pertempuran tersebut dari segi keagamaan. Kendati kalah jumlah, namun dikobarkan oleh semangat mereka, pasukan Konstantinus menang dalam Pertempuran Adrianopolis. Lisinius melarikan diri ke seberang Selat Bosporus dan menunjuk Martinianus, komandan pengawalnya, sebagai Caesar. Konstantinus kemudian menang dalam Pertempuran Hellespontus, dan akhirnya Pertempuran Krisopolis pada tanggal 18 September 324.[203] Lisinius dan Martinianus menyerah kepada Konstantinus di Nikomedia dengan janji bahwa mereka akan dibiarkan hidup: masing-masing dari mereka dikirim untuk hidup sebagai warga biasa di Tesalonika dan Kapadokia. Namun, pada tahun 325, Konstantinus mendakwa Lisinius berkomplot untuk melawannya lalu mereka berdua ditangkap dan dihukum gantung; putra Lisinius (putra dari saudari seayah Konstantinus) juga dibunuh.[204] Dengan demikian Konstantinus menjadi satu-satunya kaisar dalam Kekaisaran Romawi.[205]

Kampanye-kampanye kemudian

Konstantinus menganggap Konstantinopel sebagai ibu kota dan tempat tinggal permanennya. Ia tinggal di sana hampir sepanjang sisa hidupnya kemudian. Ia membangun kembali jembatan Trajanus di Sungai Donau (Danube), dengan harapan merebut kembali Dacia, suatu provinsi yang telah ditinggalkan pada masa pemerintahan Aurelianus. Pada akhir musim dingin tahun 332, Konstantinus melakukan kampanye militer bersama dengan kaum Sarmatia untuk melawan suku Goth. Cuaca dan kurangnya makanan mengakibatkan kerugian besar bagi suku Goth: kabarnya, hampir seratus ribu orang meninggal dunia sebelum mereka tunduk pada Roma. Pada tahun 334, setelah rakyat jelata Sarmatia menggulingkan pimpinan mereka, Konstantinus memimpin suatu kampanye melawan suku tersebut. Ia memperoleh kemenangan dalam perang itu dan memperluas kekuasaannya atas wilayah tersebut, sebagaimana diindikasikan oleh sisa-sisa kamp dan benteng di wilayah tersebut.[256] Konstantinus memukimkan kembali beberapa orang buangan Sarmatia sebagai petani-petani di berbagai distrik Romawi dan Iliria, serta memberlakukan wajib militer atas selebihnya ke dalam ketentaraan. Konstantinus menggunakan gelar Dacicus maximus pada tahun 336.[257]

Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, Konstantinus merencanakan suatu kampanye melawan Persia. Dalam sebuah surat yang ditulis kepada raja Persia, Shapur II, Konstantinus menegaskan dukungannya pada orang-orang Kristiani Persia dan mendesak Shapur untuk memperlakukan mereka dengan baik.[258] Surat tersebut tidak dapat ditarikhkan. Menanggapi serangan-serangan mendadak di perbatasan, Konstantinus mengutus Konstantius untuk menjaga perbatasan timur pada tahun 335. Pada tahun 336, pangeran Narseh menginvasi Armenia (suatu kerajaan Kristiani sejak tahun 301) dan menobatkan seorang klien Persia ke atas takhtanya. Konstantinus kemudian memutuskan untuk melakukan sendiri kampanye terhadap Persia. Ia memperlakukan perang tersebut sebagai suatu perang salib Kristiani, meminta para uskup untuk menemani pasukan dan membangun sebuah tenda dalam bentuk bangunan gereja untuk mengiringinya. Konstantinus berencana untuk dibaptis di Sungai Yordan sebelum menyeberang ke Persia. Utusan-utusan Persia datang ke Konstantinopel selama musim dingin tahun 336–337 untuk mengupayakan perdamaian, tetapi Konstantinus menolak mereka. Kampanye tersebut lalu dibatalkan karena Konstantinus jatuh sakit pada musim semi tahun 337.[259]

© 2024 — Senayan Developer Community

Pada tahun 1972 PT Agung Concern mulai melakukan penjualan Toyota yang kemudian ditunjuk oleh PT Toyota Astra Motor sebagai main dealer Toyota di wilayah Surabaya dan Pekanbaru. Pada tanggal 28 Desember 1992 diadakan kesepakatan bersama untuk mengalihkan divisi trading Toyota ke PT Agung Automall, selanjutnya kedealeran Toyota sepenuhnya dioperasikan oleh PT Agung Automall, dan PT Agung Concern menjadi holding company.

Kini, kami telah berkembang menjadi dealer eksklusif utama untuk seluruh merk Toyota di provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu dan Bali. Seluruh dealer dan cabang kami telah terotorisasi serta memenuhi standar Toyota. Pada tahun 2014, kami mengubah identitas kami menjadi Agung Toyota. Kami menawarkan jaringan lengkap untuk penjualan dan purna jual yang mencakup perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota.

Pemerintahan kemudian

Penyakit dan kematian

Konstantinus telah menyadari bahwa hidupnya di dunia akan segera berakhir. Di dalam Gereja Rasul Suci, Konstantinus diam-diam menyiapkan makam baginya.[260] Kenyataannya datang lebih cepat dari perkiraannya. Tidak lama setelah Hari Raya Paskah tahun 337, Konstantinus menderita sakit parah.[261] Ia meninggalkan Konstantinopel untuk mandi air panas di dekat kota ibunya, yaitu Helenopolis (Altinova), di pesisir selatan Teluk Nikomedia (sekarang Teluk İzmit). Di sana, di dalam suatu gereja yang dibangun ibunya untuk menghormati Rasul Lusianus, ia berdoa, dan di sana ia menyadari bahwa ia sedang sekarat. Ia mencari pemurnian dari dosa dan menjadi seorang katekumen, serta berusaha kembali ke Konstantinopel, walau hanya berhasil sampai daerah pinggiran kota Nikomedia.[262] Ia memanggil para uskup, dan menyampaikan kepada mereka harapannya untuk dibaptis di Sungai Yordan, tempat Yesus dibaptis sesuai yang tertulis. Ia meminta agar segera dibaptis, berjanji untuk menjalani kehidupan yang lebih Kristiani seandainya ia dapat sembuh dari penyakitnya. Menurut catatan Eusebius, para uskup "melangsungkan upacara suci sesuai kebiasaan".[263] Ia meminta uskup dari kota tempat ia terbaring sekarat, Eusebius dari Nikomedia yang cenderung mendukung Arian, sebagai pembaptisnya.[264] Mengenai penundaan pembaptisannya, hingga ia merasa layak, ia mengikuti kebiasaan pada saat itu yang menunda pembaptisan hingga melewati masa bayi.[265] Hingga sekarang Konstantinus dianggap menunda pembaptisannya selama mungkin agar dapat sebanyak-banyaknya terbebas dari dosa.[266] Tidak lama kemudian Konstantinus wafat di suatu vila di pinggiran kota yang disebut Achyron, pada hari terakhir dari lima puluh hari perayaan Pentakosta setelah Paskah, pada tanggal 22 Mei 337.[267]

Di dalam laporan Eusebius, wafatnya Konstantinus menyusul berakhirnya kampanye Persia. Bagaimanapun, kebanyakan sumber lainnya melaporkan kalau wafatnya terjadi saat kampanye tengah berlangsung. Kaisar Yulianus (keponakan Konstantinus), menulis pada pertengahan tahun 350-an, menyampaikan bahwa Kekaisaran Sasaniyah lolos dari hukuman atas perbuatan-perbuatan buruk mereka karena Konstantinus wafat "di tengah-tengah persiapan untuk perang".[268] Laporan-laporan serupa tercantum dalam Origo Constantini, sebuah dokumen anonim yang ditulis ketika Konstantinus masih hidup, dan yang mengisahkan wafatnya Konstantinus di Nikomedia;[269] Historiae abbreviatae dari Sextus Aurelius Victor, ditulis tahun 361, yang mengisahkan wafatnya Konstantinus di suatu properti di dekat Nikomedia yang disebut Achyrona ketika melakukan mars untuk melawan bangsa Persia;[270] dan Breviarium dari Eutropius, sebuah buku pedoman yang disusun pada tahun 369 untuk Kaisar Valens, yang mengisahkan wafatnya Konstantinus di suatu vila pemerintah yang tidak disebutkan namanya di Nikomedia.[271] Dari laporan-laporan ini dan yang lainnya, beberapa kalangan menganggap kalau Vita karya Eusebius telah diedit untuk mempertahankan reputasi Konstantinus dari hal-hal yang dianggap Eusebius kurang pantas terkait kampanye tersebut.[272]

Setelah wafatnya, jenazah Konstantinus dipindahkan ke Konstantinopel dan dimakamkan di Gereja Rasul Suci di sana.[273] Ia digantikan oleh ketiga putranya dari Fausta, yaitu Konstantinus II, Konstantius II, dan Konstans. Sejumlah kerabatnya dibunuh oleh para pengikut Konstantius, khususnya keponakan-keponakan Konstantinus yang bernama Dalmatius (yang berpangkat Caesar) dan Hannibalianus, diduga untuk menghilangkan potensi saingan dalam suatu suksesi yang sudah cukup kompleks. Ia juga memiliki dua putri, Konstantina dan Helena, istri Kaisar Yulianus.[274]

Meskipun Konstantinus diberi sebutan kehormatan "Agung" (bahasa Inggris: The Great; "Μέγας") oleh para sejarawan Kristiani jauh setelah wafatnya, ia dapat saja mengklaim gelar tersebut semata-mata karena berbagai kemenangan dan pencapaian militernya. Selain mempersatukan Kekaisaran di bawah kepemimpinan satu orang kaisar, ia memperoleh kemenangan-kemenangan besar atas kaum Franka dan Alemanni antara tahun 306–308, atas kaum Franka lagi antara tahun 313–314, atas kaum Goth pada tahun 332, dan atas kaum Sarmatia pada tahun 334. Pada tahun 336, Konstantinus kembali menduduki hampir seluruh provinsi Dacia yang telah lama terlepas, sejak Aurelianus terpaksa melepaskannya pada tahun 271. Pada saat wafatnya, ia sedang merencakan suatu ekspedisi besar untuk mengakhiri serangan-serangan yang dilakukan Kekaisaran Persia atas provinsi-provinsi timur.[275] Dengan total masa pemerintahan 31 tahun (gabungan masa pemerintahannya sebagai rekan-penguasa dan penguasa tunggal), ia menjadi kaisar yang paling lama menjabat sejak Augustus dan kaisar kedua yang paling lama menjabat dalam sejarah Romawi.

Dalam ranah budaya, Konstantinus memiliki kontribusi terhadap bangkitnya mode wajah yang dicukur bersih di antara para kaisar Romawi dari Augustus sampai Trajanus, yang awalnya diperkenalkan di kalangan Romawi oleh Scipio Afrikanus. Mode baru imperial Romawi itu bertahan hingga masa pemerintahan Fokas.[276][277]

Kekaisaran Bizantin memandang Konstantinus sebagai pendirinya, dan Kekaisaran Romawi Suci memperhitungkan dia di antara para figur terhormat dari tradisinya. Dalam Kekaisaran Bizantin di kemudian hari, adalah suatu kehormatan besar bagi seorang kaisar jika dipuji sebagai seorang "Konstantinus baru". Sepuluh kaisar, termasuk kaisar terakhir Kekaisaran Romawi Timur, menyandang julukan tersebut.[278] Beragam bentuk monumental Konstantinian digunakan di istana Charlemagne untuk mengesankan bahwa ia adalah penerus Konstantinus dan setara dengannya. Konstantinus mendapat suatu peran dalam mitos sebagai seorang pejuang penentang "kaum kafir". Motif ekuestrian Romanesque, figur penunggang kuda dalam postur kaisar Romawi yang berjaya, menjadi suatu metafora visual dalam patung-patung untuk memuji para dermawan daerah setempat. Nama "Konstantinus" sendiri kembali populer di Prancis barat pada abad ke-11 dan ke-12.[279] Gereja Ortodoks memandang Konstantinus sebagai seorang santo (Άγιος Κωνσταντίνος, Santo Konstantinus), yang diperingati setiap tanggal 3 September,[280] dan menyebutnya isapostolos (Ισαπόστολος Κωνσταντίνος)—orang yang setara dengan para Rasul.[281]

Bandar Udara Niš dinamai "Konstantinus Agung" untuk menghormati dirinya. Sebuah Salib besar pernah direncanakan untuk dibangun di atas bukit yang menghadap Niš, Serbia, tetapi proyek ini kemudian dibatalkan.[282] Pada tahun 2012, sebuah memorial didirikan di Niš untuk menghormatinya. Peringatan Maklumat Milan diadakan di Niš pada tahun 2013.[283]

Selama masa hidupnya dan para putranya, Konstantinus disajikan sebagai suatu teladan kebajikan. Kaum pagan seperti Praxagoras dari Athena dan Libanius melontarkan banyak pujian mengenainya. Namun, ketika yang terakhir dari para putranya wafat pada tahun 361, Yulianus yang Murtad keponakannya (dan menantunya) menulis satire Simposium, atau Saturnalia yang merendahkan Konstantinus, menyebut dia inferior dibandingkan dengan para kaisar besar pagan, serta menghubungkannya dengan kemewahan dan keserakahan.[284] Setelah Yulianus, Eunapius memulai—dan Zosimus melanjutkan—suatu tradisi penulisan sejarah yang menyalahkan Konstantinus karena memperlemah Kekaisaran melalui keberpihakannya pada kaum Kristiani.[285]

Dalam dunia Timur maupun Barat pada abad pertengahan, Konstantinus disajikan sebagai seorang penguasa yang ideal, tolok ukur setiap raja ataupun kaisar.[285] Penemuan kembali sumber-sumber anti-Konstantinian pada Abad Renaisans memicu penilaian ulang terhadap karier Konstantinus. Seorang humanis Jerman bernama Johann Löwenklau, penemu tulisan-tulisan Zosimus, memublikasikan suatu terjemahan Latin daripadanya pada tahun 1576. Dalam kata pengantarnya, ia berpendapat bahwa penggambaran Zosimus mengenai Konstantinus lebih baik daripada yang disajikan oleh Eusebius dan para sejarawan Gereja, menawarkan suatu pandangan yang lebih seimbang.[286] Kardinal Caesar Baronius, seorang tokoh Kontra Reformasi, lebih menyukai laporan Eusebius dari era Konstantinian. Kisah Hidup Konstantinus (1588) karya Baronius menyajikan Konstantinus sebagai model seorang pangeran Kristiani.[287] Dalam Sejarah Kemunduran dan Kejatuhan Kekaisaran Romawi (1776–89) karyanya, Edward Gibbon, yang bertujuan menyatukan kedua ekstrem keilmuan Konstantinian, menawarkan suatu citra Konstantinus yang dibangun berdasarkan narasi-narasi dari Eusebius dan Zosimus yang dikontraskan.[288] Dengan suatu bentuk yang menyejajarkan laporan karyanya mengenai kemunduran Kekaisaran Romawi, Gibbon menyajikan Konstantinus dalam versi seorang pahlawan perang terhormat yang dirusakkan oleh pengaruh Kristiani, yang berubah menjadi seorang diktator Oriental pada masa tuanya: "seorang pahlawan ... mengalami kemerosotan menjadi seorang penguasa yang kejam dan tak bermoral".[289]

Interpretasi modern tentang pemerintahan Konstantinus diawali dengan Zaman Konstantinus Agung (1853, rev. 1880) karya Jacob Burckhardt. Konstantinus versi Burchhardt adalah seorang sekularis licik, seorang politisi yang memanipulasi semua pihak dalam usaha untuk mengamankan kekuasaannya sendiri.[290] Henri Grégoire, menulis pada tahun 1930-an, mengikuti penilaian Burckhardt mengenai Konstantinus. Menurut Grégoire, Konstantinus menjadi berminat pada Kekristenan setelah melihat manfaatnya secara politis. Grégoire merasa skeptis dengan autentisitas Vita karya Eusebius, dan mendalilkan sebuah pseudo-Eusebius untuk memikul tanggung jawab atas narasi-narasi penglihatan dan konversi dalam karya tersebut.[291] Otto Seeck, dalam Geschichte des Untergangs der antiken Welt (1920–23), dan André Piganiol, dalam L'empereur Constantin (1932), menuliskan hal berlawanan dengan tradisi kesejarahan itu. Seeck menyajikan Konstantinus sebagai seorang pahlawan perang yang tulus, dan ambiguitasnya merupakan akibat dari inkonsistensinya yang naif.[292] Konstantinus versi Piganiol adalah seorang monoteis yang filosofis, seorang anak dari sinkretisme religius pada zamannya.[293] Riwayat-riwayat sejarah yang berkaitan karya A. H. M. Jones (Konstantinus dan Konversi Eropa, 1949) dan Ramsay MacMullen (Konstantinus, 1969) memberikan gambaran-gambaran dari seorang Konstantinus yang kurang visioner dan lebih impulsif.[294]

Laporan-laporan belakangan lebih cenderung menyajikan Konstantinus sebagai seseorang yang benar-benar melakukan konversi diri ke dalam Kekristenan. Dimulai dari Konstantinus Agung dan Gereja Kristiani (1929) karya Norman H. Baynes, dan dipertegas dengan Konversi Konstantinus dan Roma Pagan (1948) karya Andreas Alföldi, berkembang suatu tradisi kesejarahan yang menyajikan Konstantinus sebagai seorang Kristiani yang berkomitmen. Karya penting Timothy Barnes yang berjudul Konstantinus dan Eusebius (1981) merepresentasikan puncak dari tren tersebut. Konstantinus versi Barnes mengalami suatu konversi radikal, yang mendorongnya melakukan suatu perjuangan pribadi untuk mengonversi kekaisarannya.[295] Konstantinus dan Kekaisaran Kristiani (2004) karya Charles Matson Odahl memuat tema yang kurang lebih sama.[296] Terlepas dari karya tulis Barnes, argumen-argumen mengenai kekuatan dan kedalaman konversi religius Konstantinus terus berlanjut.[297] Tema-tema tertentu dalam mazhab ini mencapai ekstrem baru dalam Kekristenan Konstantinus Agung (1996) karya T.G. Elliott, yang menyajikan Konstantinus sebagai seorang Kristiani yang berkomitmen sejak ia masih anak-anak berusia dini.[298] Pandangan serupa tentang Konstantinus termuat dalam Quand notre monde est devenu chrétien, karya Paul Veyne tahun 2007, yang tidak berspekulasi seputar asal mula motivasi Kristiani Konstantinus, tetapi menyajikan dirinya, dalam perannya sebagai Kaisar, sebagai seorang revolusioner keagamaan yang sangat meyakini bahwa dirinya dimaksudkan "untuk memainkan suatu peran seturut waktunya dalam karya milenium keselamatan umat manusia".[299]

Kalangan Katolik Ritus Latin menyatakan keraguan mereka seputar pembaptisan Konstantinus menjelang wafatnya dan oleh seorang uskup yang tidak ortodoks, karena hal tersebut merusak otoritas Kepausan. Selain itu, pada awal abad keempat, sebuah legenda menyatakan bahwa Paus Silvester I (314–335) menyembuhkan sang kaisar dari penyakit kusta. Menurut legenda tersebut, Konstantinus dibaptis tidak lama setelahnya, dan mulai membangun sebuah gereja di Istana Lateran.[300] Pada abad kedelapan, kemungkinan besar pada masa kepausan Stefanus II (752–757), sebuah dokumen yang disebut Donasi Konstantinus muncul pertama kali, yang di dalamnya dinyatakan bahwa Konstantinus yang baru berpindah keyakinan menyerahkan kekuasaan temporal atas "kota Roma dan seluruh provinsi, distrik, serta kota di Italia dan wilayah Barat" kepada Silvester dan para penerusnya.[301] Pada Abad Pertengahan Tinggi, dokumen tersebut digunakan dan diterima sebagai dasar kekuasaan temporal Paus, meskipun dokumen tersebut dinyatakan palsu oleh Kaisar Otto III[302] dan dicap sebagai akar dari keduniawian kepausan oleh penyair Dante Alighieri.[303] Filolog abad ke-15 Lorenzo Valla menyatakan bahwa dokumen tersebut memang hasil pemalsuan.[304]

Konten baru

Okejudi

Okejudi

OKEJUDI informasi lengkap mengenai kompetisi bola voli profesional di Indonesia. Pengunjung dapat mengakses jadwal pertandingan, berita terkini, peringkat sementara, dan informasi tiket secara online. Selain itu, tersedia juga fitur skor langsung dan galeri foto untuk memperkaya pengalaman penggemar bola voli. Situs ini menjadi sumber utama bagi pecinta Proliga untuk mengikuti perkembangan terbaru dan mendapatkan informasi resmi seputar kompetisi.

Mata Uang

Mata Uang

Polandia memang tak mempunyai tenggat waktu untuk menggunakan mata uang Euro mengingat ia merupakan salah satu dari negara Uni Eropa. Mata uang Polandia yang tetap ada sejak abad pertengahan atau pada masa pemerintahan Sigismund I adalah Zloty. Mata uang ini merujuk pada semua jenis koin emas asing yang ada beredar di Polandia.

Wisata

Wisata

Sumatra, pulau terbesar kedua di Indonesia, menyimpan berbagai keindahan alam yang luar biasa. Salah satu tempat yang paling terkenal adalah Danau Toba, danau vulkanik terbesar di dunia yang terletak di provinsi Sumatra Utara. Danau Toba memiliki pemandangan yang sangat indah dengan air biru jernih dan dikelilingi oleh pegunungan hijau yang mempesona. Di tengah danau terdapat sebuah pulau kecil, Pulau Samosir, yang menawarkan suasana damai dan budaya Batak yang kaya.

Artikan

Artikan

Harga diatas berlaku pada 6 Desember 2022. Perlu kamu ketahui bahwa harga saham berubah setiap harinya, sehingga harga 1 lotnya juga akan ikut berubah.

Gembok

Gembok

Kini dapatkan produk gembok pagar terbaik tidak lagi sulit karena Bukalapak sediakan ragam kebutuhan krusial tersebut. Tersedia beragam jenis gembok, mulai dari gembok biasa sampai dengan gembok besar serta berkualitas. Harga gembok biasa maupun harga gembok besar cukup terjangkau jika dibandingkan dengan toko lainnya. Sering kali terdapat promo menarik dari Bukalapak. Jadi, pastikan untuk unduh aplikasi Bukalapak untuk dapat perbaruan informasi. Belanja di Bukalapak juga dijamin aman dan nyaman. Pelanggan dapat memilih metode pembayaran dan pengiriman yang pas! Tersedia fasilitas top-up saldo BukaDompet untuk kemudahan transaksi dimana saja dan kapan saja tanpa perlu transfer, memasukkan data kartu kredit dan sebagainya. Namun, pembayaran via transfer rekening masih diterima hingga kini. Kemudian, pelanggan dapat bayar menggunakan kartu kredit atau pembayaran 30 hari kemudian tanpa dikenakan bunga melalui layanan Kredivo. Pembayaran tunai melalui retail rekanan Bukalapak, seperti Alfamart dan Indomaret, masih bisa digunakan. Pilih metode pengiriman yang diinginkan, mulai dari JNE, SiCepat, Ninja Express atau gunakan layanan pengiriman di hari yang sama dari GO-SEND yang sudah kerjasama dengan situs marketplace Bukalapak. Nikmati keuntungan belanja di Bukalapak sekarang juga!

Menangbet

Menangbet

📌 Tersedia bermacam-macam pilihan dari produsen dan merk berstandar mutu.📌 Harga paling update Desember 2024.📌 Ada review dan testimoni produk untuk bantu anda temukan yang terbaik.📌 Promo khusus bagi pengguna baru.📌 Bisa cicil bunga 0% dari berbagai bank.📌 Pengiriman kilat! Pesan hari ini, barang datang hari ini!

Situs 25

Situs 25

Dalam dunia slot online, situs slot KEMBARBOLA telah menjadi pilihan utama bagi para pemain yang mencari pengalaman bermain yang seru dan menguntungkan. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, termasuk promosi menarik seperti depo 25 Bonus 25, KEMBARBOLA menjadi destinasi ideal untuk para penggemar slot. Artikel ini akan membahas secara detail mengenai fitur-fitur unggulan KEMBARBOLA serta cara daftar, login, dan memanfaatkan bonus untuk meraih maxwin.

Gg Dewa

Gg Dewa

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Kokoh Slot

Kokoh Slot

Literasi keuangan juga bertujuan untuk mendorong individu untuk berpikir dan merencanakan masa depan keuangan mereka. Ini mencakup:

Dewa88Bet

Dewa88Bet

Temukan berbagai rekomendasi produk Slot Pintu Besi dengan harga terbaru Desember 2024 di UKUR. Belanja online kebutuhan bangunan terbaik paling praktis. Cukup telusuri produk Slot Pintu Besi, pilih model, ukuran, maupun ragam varian lainnya yang sesuai kebutuhan. Pastikan membaca detail dan ulasan terpercaya dari pembeli lainnya. Check Out barang belanjaan anda dan jangan lupa nikmati promo menguntungkan yang tersedia di UKUR!

Al Timur

Al Timur

Wind is an important element in life on earth, both human life, animals and plants. In the Koran, wind is mentioned with the word riih in the singular form and riyah in the plural form. Various types of wind are mentioned in the Quran, among others: 'Aqiim winds, Sharshar winds,' Ashif winds, Qashif winds, Thayyibah winds, and Sakinah winds. Meanwhile, Al Quran also explains about the functions of the wind, including: helping the pollination process, moving the clouds so that it rains, moving the clouds so that it rains to fertilize the land, the wind influences the formation of sea waves, and as a warning bearer of doom.

Buka Sms

Buka Sms

Banyak jenama yang tak ketinggalan untuk tawarkan promosi menarik sempena Hari Kemerdekaan.

Slot Kecil

Slot Kecil

Slot kecil pintu terbanyak dilihat

Situs 138

Situs 138

1. Langkah Pertama: Download WARP VPN 1.1.1.1 Dari Google Playstore Di HP Smartphone, Anda Bisa Mendowonload nya dari link yang sudah team playme8 berikan dibawah ini:

Putra Go

Putra Go

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Aku4D

Aku4D

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Kota77

Kota77

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Mpo99.Id

Mpo99.Id

Pusat pendidikan yang diakui karena keunggulan akademik, inovasi, dan kesempatan berkarir yang luas, memberikan pengalaman belajar yang komprehensif dengan berbagai prestasi.

Butuhwin

Butuhwin

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Jp Putri

Jp Putri

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.